Perdagangan Internasional
4/27/2013 05:35:00 AM
Globalisasi ekonomi adalah berlangsungnya gerak arus barang, jasa dan uang di
dunia secara dinamis, sesuai dengan prinsip ekonomi, dimana berbagai hambatan
terhadap arus tersebut menjadi semakin berkurang. Hambatan berupa
proteksionisme perdagangan, larangan invstasi, dan regulasi devisa serta
moneter yang mengekang arus jasa dan kapital internasional semakin lama menjadi
semakin berkurang bila globalisasi berlangsung. (Sjahrir, 1995).
.
PRINSIP-PRINSIP
PERDAGANGAN INTERNASIONAL
·
Terdapat sejumlah konsep atau teori yang menjelaskan faktor-faktor apa yang
mendorong terjadinya perdagangan antar negara, mengapa perdagangan antar negara
bisa menguntungkan kedua belah pihak dann dalam produk-produk apa sebaiknya
tiap negara berspesialisasi.
·
Dari teori-teori tersebut orang bisa mengambil prinsip-prinsip yang bisa
menjadi pedoman dalam melaksanakan perdagangan internasional.
a)
Teori Perdagangan
Klasik
1)
Teori Keunggulan Multak (Absolute Advantage)
-
Dasar pemikiran teori Adam Smith ini adalah bahwa suatu negara akan
melaksanakan spesialisasi dana negara tersebut memiliki keunggulan absolut dan
tidak memproduksi atau melakukan impor tehadap jenis barang lain di mana negara
tersebut tidak memiliki keunggulann absolut terhadap negara lain yang
memproduksi barang sejenis. (Tulus Tambunan, 2001)
-
Dengan kata lain, suatu negara akan mengekspor (impor) suatu jenis barang jika
negara tersebut dapat (tidak dapat) membuatnya lebih efisien atau murah di
bandingkan negara lain. Jadi teori ini menekankan bahwa efisiensi dalam
penggunaan input, misalnya tenaga kerja, dalam proses produksi sangat
menentukan keunggulan atau daya saing. Tingkat keunggulan diukur berdasarkan
nilai tenaga kerja yang sifatnya homogen.
2)
Teori Keunggulan Komparatif (comparative advantage)
-
Sering dijumpai bahwa suatu negara yang efisien dalam memproduksikan suatu
barang, juga efisien dalam memproduksikan barang-barang lain. Ini disebabkan,
misalnya oleh penggunaan teknologi dan mesin-mesin yang lebih efisien atau
tenaga kerja yang trampil. Negara tersebut mempunyai keunggulan mutlak dalam
produksi semua barang.
-
Dalam hal ini, menurut David Ricardo, yang berlaku adalah teori keunggulan
komparatif. Suatu negara hanya akan mengekspor barang yang mempunyai keunggulan
komparatif tinggi dan mengimpor barang yang mempunyai keunggulan komparatif
rendah. (Boedino, 1994).
-
Misalnya biaya produksi dihitung dengan hari kerja di Persia dan di Indonesia
sebagai berikut :
Persia
Indonesia
Permadani
(1
lbr)
2/ hr
4/hr
Rempah-rempah
(1
kg)
2/ hr
4/hr
Persia
mempunyai keunggulan komparatif dalam produksi permadani (P) dan Indonesia
mempunyai keunggulan komparatif dalam produksi rempah-rempah ( R ) karena :
(a)
Di Persia ; 1 kg R = 12 lbr P (1 lbr P = 2/3 kg R)
(b)
Di Indonesia : 1 kg = R = 1 lbr P (1 lbr P = 1 kg R)
3)
Teori Proporsi Faktor Produksi
-
Dasar pemikian teori faktor-faktor proporsi dari Hecksher dan Ohlin (disingkat
Teori H-O) bahwa perdagangan antara dua negara terjadi karena adanya perbedand
alam opportunity cost antara dua negara tersebut terjadi karena adanya
perbedaan dalam jumlah faktor produksi yang dimilikinya. Misalnya, Indonesia
tanah lebih luas dan bahan-bahan baku serta tenaga kerja (unskilled) lebih
banyak dari pada Singapura. Sedangkan di Singapura memiliki tenaga kerja
(skilled) lebih banyak.
-
Jadi teori H-O menyatakan bahwa suatu negara akan atau sebaiknya mengekspor
barang-barang yang menggunakan faktor produksi yang relatif banyak (harga
relatif faktor produksi tersebut murah), sehingga barang-barang tersebut
harganya murah. Indonesia sebaiknya mengekspor barang-barang yang padat karya
atau padat bahan baku yang melimpah, seperti minyak dan komoditi pertanian
(tulus Tambunan, 1996).
b)
Teori Perdagangan
Modern
1)
Teori Keunggulan Kompetitif (competitive advantage)
-
The Competitive Advantage of Nations, 1990 yang dikemukakan oleh Michael E.
Porter adalah tentang tidak adanya korelasi langsung antara dua faktor
produksi (sumber daya alam yang tinggi dan sumber daya manusia yang murah) yang
dimiliki suatu negara untuk dimanfaatkan menjadi keunggulan daya saing dalam
perdagangan.
-
Porter mengungkapkan bahwa ada empat atribut utama yang menentukan mengapa
industri tertentu dalam suatu negara dapat mencapai sukses internasional :
(1)
Kondisi faktor produksi
(2)
Kondisi permintaan dan tuntutan mutu dalam negeri
(3)
Eksistensi industri pendukung, serta
(4)
Kondisi persaingan dan struktur perusahaan dalam negeri
Selain
itu, pemerintah juga berperan sentral dalam pembentukan keunggulan kompetitif.
Kebijakan seperti anti trust, regulasi, deregulasi atau pembeli juga sangat
mempengaruhi persaingan ini (Hendra Halwani, 1993).
-
Ujian utama bagi teori Porter adalah pasar tunggal Eropa, MEE dan NAFTA telah
merangsang perusahaan Eropa untuk melakukan merjer dan membentuk aliansi.
Perkembangan itu jelas bertentangan dengan teori Porter. Merjer dan aliansi
akan mengurangi persaingann dan menciptakan perusahaan raksasa yang secara
politik sanat kuat.
2)
Pendekatan Alternatif Dalam Teori Perdagangan
-
Apa yang telah diuraikan di atas adalah teori atau pandangan mengenai
perdagangan internasional dari para ekonom yang disebut “main – stream
economics” yang bersumber dari pandangan kaum Klasikd an Nekolasik, yang tidak
lain adalah ilmu ekonomi “liberal” (liberal economics)
-
Bagaimanakah pendapat sudut pandangan yang lain? Ada yang menyebut “ilmu
ekonomi institusional” (institutional economics), ada yang menyebut “ilmu
ekonomi sejarah” (historical economics), ada yang menyebut “ilmu ekonomi
politik” (political economics). Secara umum sudut pandangan ini menekankan
aspek-aspek yang “terlupakan” dalam analisis “main-stream economics”, yaitu
mengenai aspek kelembagaan, perbedaan dalam kekuatan ekonomi dari pelaku
ekonomi, aspek yang bersifat ekonomis-politis dan melihat kesemuanya sebagai
proses sejarah.
-
Dalam kenyataan, menurut pandangan ini, selalu terdapat perbedaan “kekuatan
ekonomi” pihak-pihak yang melakukan perdagangan (hubungan ekonomi), ada unsur
“kekuasaan monopoli” (monopolistic power), yang bisa meerusak harmoni dan
keseimbangan seperti yang digambarkan teori Neoklasik, yang menimbulkan
ketidakmerataan dalam pembanguan manfaat perdagangan bisa beraneka ragam
(Boediono, 1994).
KERJASAMA
EKONOMI REGIONAL – INTERNASIONAL
a.
Globalisasi – Ekonomi Dewasa Ini
1.
Gejala-gejala Globalisasi
(1)
Globalisasi terjadi dalam kegiatan finansial, produksi investasi dan
perdagangan.
(2)
Proses globalisasi meningkatkan kadar ketegantungan antar negara, menimbulkan
proses menyatunya ekonomi dunia
(3)
Gejala yang menonjol adalah terpisahnya kegiatan ekonomi primer dengan ekonomi
industri sehingga kaitan poduksi ke belakang industri pengolahan makin melemah.
Dampaknya adalah merosotnya harga komoditi primer yang disebabkan permintaan
yang lesu.
2.
Faktor Penyebab Globalisasi
-
Makin menipisnya batas investasi dan pasar secara nasional, regional maupun
internasional disebabkan karena adanya:
(1)
Komunikasi dan transportasi yang makin canggih
(2)
Lalu lintas devisa yang semakin bebas
(3)
Ekonomi negara yang semakin terbuka
(4)
Penggunaan keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif di tiap negara
semakin digalakkan
(5)
Metode produksi dan perakitan dengan organisasi manajemen yang semakin efisien
(6)
Pesatnya perkembangan perusahaan multinasional (TNC) di seluruh dunia. (H. H.
Prijono Tjiptoharijanto, 1993).
3.
Kecenderungan Dalam Globalisasi
-
Peter F. Drucker dalam bukunya The New Reallities menyebut ekonomi dunia
sebagai fenomena yang berubah, dari “internasional” menjadi “transnasional”
(Sjahrir, 1995).
(1)
Dengan demikian, negara (nation state) merupakan partially dependent variables
bersama variabel lainnya: ekonomi regional (EEC), perusahaan transnasional dan
ekonomi otonom dari arus uang, kredit dan investasi.
(2)
Globalisasi ekonomi menjadi pertarungan pengembangan market share dari setiap
unit usahapada skala dunia.
-
Menurut John Naisbit dan Alvin Toffer ada kecenderungan (H.H. Prijono
Tjiptoharijanto, 1993) :
(1)
Masyarakat dunia dewasa ini sedang berubah dari era masyarakat industri
memasuki ke era masyarakat informasi. Masyarakat tidak bisa menutup diri karna
teknologi informasi mampu menembus batas-batas wilayah kekuasaan negara.
(2)
Hubungan saling ketergantungan menyebabkan sistem ekonomi nasional cenderung
menjadi bagian sistem ekonomi global. Aktivitas ekonomi berlangsung dalam arus
gerak barang, jasa dan uang di dunia secara dinamis sesuai dengan prinsip ekonomi.
(3)
Ketergantungan ekonomi yang sedang tumbuh berubah dari formasi hubungan antar
negara menjadi inter-region (antar blok). Kekuatan blok-blok ekonomi itu
akhirnya akan menjadi ukuran bargaining power tiap negara dalam perdagangan
internasional.
Dampak
globalisasi ekonomi
-
Makin terpisahnya kegiatan ekonomi primer dengan ekonomi industri mengakibatkan
:
(1)
Penggunaan material dalam industri makin sedikit
(2)
Kaitan produksi ke belakang produksi pengolahan makin melemah
(3)
Harga komoditi primer merosot karena menurunnya permintaan
(4)
Akibat robotisasi dalam industri, maka kesempatan kerja berkurang, pengangguran
meningkat.
(5)
Kaitan antar ekonomi moneter-perbankan dengan ekonomi riil (sektor industri dan
perdagangan) menjadi melemah
(6)
Hubungan antar negara berubah menjadi hubungan antar blok ekonomi/ pakta
perdagangan (inter-region)
(7)
Bargaining power tiap negara ditentukan oleh kekuatan pasar blok ekonominya.
(8)
Perubahan lingkungan hidup mewarnai berbagai kebijakan ekonomi dunia, seperti :
isu “pembangunan berkesinambungan”, masalah “limbah industri”, “nuklir”,
“global warning” dan munculnya persaingan antar “blok ekonomi”
Kesimpulannya, Perkembangan
ekonomi dunia yang begitu pesat telah meningkatkan kadar hubungan saling
ketergantungan dan mempertajam persaingan yang menambah semakin rumitnya
strategi pembangunan yang mengandalkan ekspor. Di satu pihak hal itu merupakan
tantangan dan kendala yang membatasi. Di pihak lain hal tersebut merupakan
peluang baru yang dapat dimanfaatkan untuk keberhasilan pelaksanaan pembangunan
nasional
Sumber:
http://persahabatandanpersaudaraan.blogspot.com/2012/05/perekonomian-indonesia-dalam-era.html?m=1
0 Leave your coment